Kamis, 11 Oktober 2012

Renungan Kecil


Pernah mengeluh? Pernah putus asa? Pernah gak mau percaya sama siapa-siapa lagi setelah di khianatin? Yaaa benar sekali! Setiap orang pernah mengalami itu semua. Tak terkecuali saya, seorang siswi SMA yg saat ini tengah asik untuk meneliti dan mengamati bahkan menjadi pemain dalam sekenario yg di buat oleh Zat yg menciptakan saya. Duluuuuuu, dulu saat saya duduk di bangku kelas 2 putih biru, dimana saat dulu saya masih belom ingin mengerti apa yg dimaksud dengan kata “BERSYUKUR” saya selalu dan selalu mengeluh. Iya mengeluh. Saya selalu berambisi untuk menjadi, menjadi yg lebih baik, menjadi yg beda, menjadi yg ter- dari teman teman saya. Bahkan, saat saya di sibukkan dengan urusan percintaan, saya memilih peran yg utama, ya peran dimana hanya orang-orang tertentu yg boleh bermain di drama itu. Waktu terus berjalan, tak terasa kelulusan pun tiba. Kalian tahu apa yang saya rasakan saat itu? Rasa dimana tak seorang pun yg dapat merasakan perasaan seorang anak remaja yg pisah dengan teman-teman dekatnya, rasa dimana keinginan seorang anak tak di respon dengan baik oleh ayahnya, rasa dimana ditempatkan ditempat yg sangat asing baginya. Namun, kini rasa itu telah dijawab semua oleh dirinya sendiri. Ya, saya menemukan semua jawaban yg saya tanyakan saat saya mendapatkan status sebagai junior. Bagaimana tidak. Batu bata yg di tetesi oleh air , lama-kelamaan akan berlubang, sama halnya dengan cerita kehidupan saya. Setiap hari, bahkan tak ada hari libur, tak ada hari tanpa membaca al-quran (kecuali lagi haid yaaa hehehe) dan tak ada hari tanpa mendengarkan tausiyah. Akhirnya saya muak dengan semua itu, saya mencari-mencari dan terus mencari. Peran apa yg sedang saya mainkan, sekenario apa yg tengah di buat. Hingga akhirnya, sebuah pesan singkat dari teman jauh saya, yg berisikan 
--- “anak adam menyakiti Aku, dia mencaci masa (waktu) padahal Aku adalah pemilik & pengatur masa, Akulah yang mengatur malam dan siang menjadi silih berganti (HR.BUKHORI nomor 4826)” “sesungguhnya ada seseorang yang mengucapkan kalimat yang ia anggap biasa tapi karnanya ia terjun ke neraka selama 70tahun (HR. AT TIRMIDZI)” ---
membuat saya sedikit. Ingat yaa... SEDIKIT sadar. Hanya 65 karakter, hanya 2 hadist dan hanya sebuah pesan singkat yang tak sengaja saya baca. Tapi, itu membuat saya menjadi penasaran, sungguh penasaran. Membuat hati saya tak tenang, selalu gelisah. Bahkan, saat itu saya tak bisa mengendalikan perasaan saya sendiri. Iyaaaa, memang sepele, hal kecil. Tapi? Berakibat buruk jika kita tidak melakukan dengan baik. Contoh kecil saja, pasti kalian pernah bilang gini 
“adduuuhh hari ini panas banget yaa!”
“iiihhh kenapa hujan sih, kan aku mau jalan!!”
itu mengeluh? Iya! dengan berkata seperti itu, sama saja kita tidak bersyukur atas nikmat yg Allah berikan kepada kita. Coba deh, kita bilang gini
“ha.. di dunia aja udah panas kayak gini, gimana nanti kalo aku masuk neraka yaa”
“hujan nya buat dingin ya, jadi nanti kalo jalan kan jadi sejuk”
mulailah, atau biasakan berpikiran yang positif terlebih dahulu. Selain itu menyadarkan kita, kata-kata seperti itu juga bisa melatih kita untuk berkata baik dan enak di dengar J o.k kembali lagi ke kata BERSYUKUR. Dalam Al-Quran surah Al-Kahfi ayat 109 
18:109


katakanlah, “sekiranya air laut sebagai tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku, niscaya laut itu kering sebelum habis ditulis kalimat-kalimat Tuhanku, walapun kami datangkan tambahan sebanyak itu (lagi)”
WAW kan! Waw banget!! Sekaya-kayanya kita masih ada yg lebih kaya, sepintar-pintarnya kita masih ada yg lebih pintar, dan sebaik-baiknya wanita adalah wanita salihah @dessyptw, eh kok ngebahas ini yaaa hahaha..
yang jelas, dari bangun tidur, sampe tidur lagi, kita gak bakal pernah bisa menuliskan nikmat-nikmat yg telah Allah berikan. Oh iyaaa.. baru baru ini ada teman saya menceritakan cerita nyata. Cerita yg membuat saya benar benar benar tidak percaya. Jadi, ada seorang ibu yg melahirkan bayi prempuan yg cantik, si bayi ini sangat di sayangi bahkan menjadi anak kesayangan ayahnya. Hingga akhirnya si ibu melahirkan bayi prempuan lagi, kebahagian lahirnya bayi yg kedua ini berbanding terbalik dengan kebahagiaan lahirnya bayi yg pertama. Ayahnya tak mau mengakui kelahiran anak keduanya ini. Itulah penyebab perceraian antara ibu dan ayah si bayi. Tak lama kemudian, si ibu menikah lagi dan melahirkan seorang anak yg sangat lucu. Kembali ke cerita bayi yg kedua tadi, saat ia berusia (entah waktu itu usianya tidak jelas, yg jelas ia masih kecil) si ayah mendatangi rumah si ibu bayi tadi untuk mengajak anak pertamanya jalan-jalan. Dan lagi-lagi anak keduanya itu tidak boleh ikut. Namun, dengan paksaan dan permohonan ibunya, si anak kedua tadi ikut jalan-jalan. Tahu es krim kan? Makanan ini sangat di senangi anak-anak kecil. Bahkan, nenek saya pun masih suka es krim. Sama halnya dengan kalian. Tapi, yang jadi permasalahannya, saat di usia sekitar 6 atau 7 tahun, si bayi kedua tadi hanya melihat, melihat kakaknya yang asik memakan es krim yang di beli oleh ayah kandungnya sendiri. Ingat blogger, Cuma MELIHAT! Mungkin si bayi kedua itu tidak bisa mengungkapkan perasaanya saat melihat kakaknya memakan es krim. Jujur, waktu denger cerita itu rasanyaa tu... aduh gak tau deh, speechless deh. Cuma bisa diem. Diem dan ngebayangi  “kalo aku di posisi si bayi kedua itu gimana? Apa yg harus aku lakukan? Apa aku harus.. atau aku harus.... dan aku harus..” blablablaaaa... yg jelas, sampai saat ini si bayi kedua itu sangat sangat benci dengan ayah kandungnya sendiri. Haa..... coba deh blogger, bayangin wajah kedua orang tua kita. Coba bayangin kalo kita di posisi bayi kedua itu. Dimana kita, yg lahir tanpa dosa, namun di anggap dosa dan aib keluarga. Dimana selain membutuhkan kasih sayang dari seorang ibu kita juga butuh perlindungan dari seorang ayah. Jujur, sampe saat ini, sampe saya mengetik blog ini, saya selalu ingat akan cerita ini. Cerita yg di ceritakan langsung dari teman saya, yg ia tau dari si bayi kedua itu. Bersyukurlah karna kita masih bisa melihat, bertemu bahkan bisa bermanja-manja sama orang tua. Yang barang kali di luar sana orang-orang pada iri dengan kehidupan kita. La tahzand innallah ma’ana. Allah selalu bersama kita, Allah tahu apa yang kita butuhkan dari pada apa yang kita inginkan.
 Hooaaaaaaam ngantuk nih blogger, see you next postingan yaaa.. mau tidur dulu nih. Hehehe. Bismikaallahuma ahya wa bismika amut. \(^-~)/